tentang penulis ^-^

Foto saya
Haii sahabat DL :) Banggalah pada dirimu sendiri, Meski ada yang tak Menyukai. Kadang mereka membenci karena Mereka tak mampu menjadi seperti dirimu...ƪ(٥´▽`٥)ʃ SELAMAT MEMBACA :D. jangan lupa FOLLOW ya.Thanks

Senin, 26 Desember 2011

SAHABAT? first Love


Di suatu senja, dimana terlihat semburat warna oranye yang menghiasi langit biru dan gumpalan awan putih. Terlihat seorang gadis cantik sedang duduk termenung di sebuah bangku taman tempat ia terbiasa menyendiri.
Tetapi saat ini dia tidak sedang sendiri, tanpa disadari gadis itu ada seorang laki-laki tengah duduk di sampingnya. Laki-laki itu memandangi gadis yang duduk disampingnya.
“Hey..” tegur laki-laki itu pada gadis di sampingnya.
Tampak si gadis manis itu tersentak kaget, “Eh, hai” jawabnya.
“Boleh kenalan? Nama gue Alvin, nama lo?” Tanya laki-laki tadi yang ternyata bernama Alvin.
“Boleh, gue Zevana, biasanya gue dipanggil Zeze” jawab gadis cantik itu yang bernama Zevana.
“wouh. Nama lo bagus” gumam Alvin pelan tapi masih bisa terdengar oleh telinga normal Zevana. Etdaah, yaiyalah normal, masa budek? Sutradara aneh banget bikin naskah.
“Tadi lo bilang apa?” Tanya Zevana, padahal aslinya dia denger tadi Alvin bilang apa.
“Ah eh. Eemm.. Tadi gue Cuma bilang nama lo bagus, yaah cocoklah sama orangnya” ucap Alvin gugup.
“Maksud lo?” kali ini Zevana bener-bener nggak ngerti.
“Maksud gue, nama lo bagus, cocok sama orangnya yang cantik” kata Alvin sambil cengengesan.
“Wooh. Gombal! Baru juga kenal” ujar Zevana tersipu-sipu.
“Eh, gue jujur loh Ze” Alvin menatap Zevana serius.
Zevana terdiam, dia malah memandang langit yang sudah hitam gelap. Terlihat bintang-bintang yang mulai menampakkan diri.
Tanpa menoleh, Zevana berkata, “Udah malem, gue pulang dulu yaa”
“Gue anter ya Ze” tawar Alvin.
Sedetik Zevana diam terpaku, “gak usah, gue bisa pulang sendiri” kata Zevana datar dan berlalu dari hadapan Alvin.
Sementara itu Alvin yang masih duduk membeku (lopikires?) di bangku taman menggumam, “Ze, gue tau lo itu Ana kan? Sobat kecil gue? Lo sekarang emang berubah, nggak kayak dulu, tapi gue masih inget, sangat sangat inget dengan lekuk-lekuk muka lo”
“Lo lupa ya sama gue? Gue Nathan Ze..” lanjut Alvin lalu ia beranjak dari bangku itu, menuju jalan yang biasa ia lewati untuk bisa mencapai (?) rumahnya.

***

Di kamar, Zevana merenungi pertemuannya dengan Alvin. Ia mengingat kata yang di ucapkan Alvin.
“Maksud gue, nama lo bagus, cocok sama orangnya yang cantik”
“Eh, gue jujur loh Ze”
“Gue anter ya Ze”
Kata-kata itu terdengar terngiang-ngiang (bahasa darimanaanih?) di telinga Zevana. Rasanya dia pernah mendengar kata-kata itu, persis, hanya saja bedanya kata yang pernah ia dengar itu menggunakan bahasa Aku-kamu.
“Errgghh! Apaan sih? Kayak gitu aja gue pikirin” ucap Zevana. Tetapi setelah ia mengatakan itu, ingatannya seakan-akan menyeruak ke dalam otaknya. Lalu ia merasakan sakit yang teramat sangat sakit di kepalanya.
“Arrgghh!” terdengar teriakan Zevana. Setelah berteriak Zevana pun pingsan.
Semenit kemudian orangtua Zevana menemukan Zevana dalam keadaan pingsan di lantai kamarnya. Lalu Zevana dibawa ke rumah sakit.
Sekarang Zevana terbaring di salah satu ruang rawat inap rumah sakit itu. Setelah diperiksa, dokter mengatakan bahwa ingatan Zevana sudah mulai pulih. Dan setiap Zevana mengingat sesuatu di masa lalunya, kepalanya akan terasa sakit.
Orangtua Zevana melihat Zevana dengan miris, kecelakaan mobil 5 tahun yang lalu telah menghilangkan beberapa ingatan Zevana, termasuk ingatannya akan dirinya sendiri.
*Flashbackstart*
“Papaaah. Jangan ngebut Ana takutt!” teriak seorang gadis kecil sambil berpengangan pada pinggang ayahnya dan menutup matanya. Ia dan ayahnya sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk menjenguk neneknya yang sedang dalam masa kritis. Ya, tidak lain dan tidak bukan gadis kecil itu Zevana, tetapi saat ia masih kecil ia sering dipanggil Ana. Dan semenjak dia sekolah, teman-temannya memanggil Zeze.
Saat Zevana dan ayahnya melaju menggunakan motor di jalan raya, ada sebuah truk yang mengangkut pasir melaju di depan mereka.
Tak berapa lama, truk itu menabrak motor ayah Zevana.
BRAAAKK !!
Ayah Zevana tertindih motornya, sedangkan Zevana? Terpelanting sejauh 5 meter dan kepalanya sukses menabrak tiang listrik. (naudzubillahiminzalik)
Zevana dan ayahnya langsung dilarikan menuju rumah sakit terdekat, rumah sakit yang menjadi tujuan utama mereka. Tapi sekarang mereka di rumah sakit itu tidak untuk menjenguk nenek Zevana, tetapi dirawat akibat kecelakaan tersebut.
Ayah Zevana tidak mengalami luka serius, hanya saja tangan dan beberapa bagian tubuh ayah Zevana tergores aspal.
Mama Zevana menangis tersedu-sedu di samping Zevana yang terbaring lemah dengan tangan dan kepala diperban.
5 menit kemudian, dokter memasuki ruang rawat Zevana.
“Maaf bu, saya hanya ingin menyampaikan. Benturan keras di kepala Zevana menyebabkan beberapa atau bahkan mungkin seluruh ingatan Zevana hilang” Ucap dokter itu dan menatap mama Zevana dengan pandangan penuh rasa kasihan.
*Flashbackstop*
Sejak saaat itu orangtua Zevana memutuskan untuk pindah ke Jakarta. Mengubah nama panggilan Zevana yang semula Ana menjadi Zeze. Berharap agar semua kejadian itu tak akan terulang. (gak nyambung)
Beberapa menit kemudian, terlihat jari-jari tangan Zevana bergerak. Lalu Zevana membuka matanya perlahan.
“maah, aku di mana?” Tanya Zevana pada mamanya, orang yang pertama kali ia lihat saat membuka mata.
“Alvin! Nathan!” seru Zevana tiba-tiba.
“Kenapa Zeva?” Tanya mama Zevana, dirumah Zevana sekarang di panggil Zeva.
“Alvin mah! Alvin itu Nathan!” seru Zevana ber api-api (awass kebakaran!)
“Alvin siapa? Nathan?” Tanya mama Zevana bingung. Sedetik kemudian mama Zevana baru menyadari bahwa ingatan Zevana mulai pulih.
“Kamu inget Nathan sayang?” Tanya mama Zevana lagi.
“Iya dong mah. Aku mau ketemu Nathan!” ucap Zevana semangat lalu beranjak dari kasur tempat ia terbaring tadi.
Sebelum Zevana benar-benar berlalu, mama Zevana menahan Zevana dulu. “Besok aja ya Zeva sayang, ini udah malem. Ya? Besok mama anter J”
Mendengar perkataan mamanya, Zevana melirik jam tangan putih yang melingkar  (?) di pergelangan tangan kanannya. Oh God! Ternyata jam menunjukkan pukul 21.00
“Emm.. Yaudah deh mah. Tapi besok biar Zeva berangkat sendiri aja. Nggak usah di anter” ucap Zevana tersenyum.
“Oke.. Sekarang kita pulang yaa” ajak mama Zevana.
***
“Aduh, gue bego! Di mana gue bisa ketemu Nathan yaa? Eh salah maksud gue Alvin” dumel Zevana sendiri, ia mondar-mandir di kamarnya. “Gue kan nggak tau rumahnya di mana.. Nomernya dia juga nggak punya.” Lanjut Zevana.
Tiba-tiba sebuah ide numpang lewat (?) di kepala Zeva. Dan seperti di kartun-kartun, tampak sebuah bohlam warna kuning di atas kepala Zevana (bayangin aja sendiri, haha :p)
“Ah Zevaa bego banget lo! Gue tunggu aja Alvin di taman! Dia pasti ke sana lagi!” kata Zeva sambil nepuk jidatnya sendiri.
Zevana berlari-lari kecil menuju taman kompleks rumahnya. Dan ketika ia sampai, bener aja, dia ngeliat Alvin duduk di bangku taman itu. Terlihat pandangan Alvin kosong, sepertinya sedang melamun.
Zevana duduk di sebelah Alvin dengan senyum mengembang di bibirnya.
1 menit..
3 menit..
5 menit.. (penulis nggak bisa ngitung, hahaha)
“Vin” Zevana memecahkan keheningan yang berlalu selama 5 menit itu.
Alvin tersentak, sadar dari alam lamunannya. “Ana?” ucap Alvin reflex.
“Hm.. iya” kata Zevana, dia kan udah dikasih tau semua ceritanya dia waktu kecelakaan trus hilang ingatan itu sama mamanya.
“Jadi bener lo Ana?” Tanya Alvin dengan  raut muka senang.
“Iya Nathan!” jawab Zevana gemas.
“Gue kangen sama lo!” teriak Alvin lalu memeluk Zevana.
“Gue jugaaa” Zevana balas memeluk Alvin.
“Sekarang panggil gue Alvin ya, jangan Nathan lagi” kata Alvin yang masih memeluk Zevana.
“Oke, lo juga panggil gue Zeze aja ya” ucap Zevana.
Alvin melepaskan pelukannya, ia menatap mata Zevana. “Ze, aku sayang sama kamu dari dulu. Waktu kita masih SD, aku cinta sama kamu. Tapi waktu kamu pindah gara-gara kecelakaan itu kamu pergi. Dulu aku mikir kita masih kecil, jadi nggak ada pacaran. Tapi sekarang kita kan udah gede, udah 15 tahun.” Cerocos Alvin. Lalu ia menarik nafas.
“Kamu mau nggak jadi pacar aku?” lanjut Alvin.
Zevana cengo sebentar, lalu ia mengangguk-angguk penuh semangat. “Mau banget”
Alvin pun memeluk Zevana lagi. Seakan nggak mau melepasnya, Zevana balas memeluk Alvin erat.


~THE END~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar